Ajang penghargaan game paling bergengsi dunia, The Game Awards, akan digelar sebentar lagi. Tepatnya pada tanggal 12 Desember malam, atau tanggal 13 Desember pukul 08.30 pagi Waktu Indonesia Barat. Kamu bisa menonton siarannya secara langsung lewat channel YouTube The Game Awards, di tautan berikut.
Tak hanya memberikan penghargaan bagi sejumlah game terbaik sepanjang tahun 2019, acara ini juga akan jadi tempat pengumuman sejumlah kabar baru dunia game, serta menampilkan live performance dari dua musisi kondang yaitu Green Day dan CHVRCHES. Pokoknya, dijamin pasti seru!
Sayangnya, The Game Awards tahun ini harus diwarnai oleh sebuah kontroversi. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Death Stranding, game ciptaan Kojima Productions yang cukup menghebohkan beberapa waktu lalu. Death Stranding dicurigai memunculkan praktik nepotisme, sebab game tersebut meraih nominasi sampai delapan kategori sementara Geoff Keighley yang merupakan pendiri acara The Game Awards muncul dalam Death Stranding sebagai NPC. Apalagi Hideo Kojima juga merupakan bagian dari Advisory Board (Badan Penasihat) The Game Awards.
Geoff Keighley sendiri sudah menyangkal tuduhan nepotisme itu. Ia mengatakan bahwa dirinya tak punya kuasa untuk mengatur game apa yang masuk nominasi. Sesuai keterangan yang ada di situs thegameawards.com, proses penjurian dilakukan oleh 80 media dan influencer dari berbagai belahan dunia. Kojima juga bukan satu-satunya developer game yang tergabung dalam Advisory Board. Masih ada petinggi dari Activision, EA, Nintendo, Ubisoft, hingga Tencent.
Nominasi yang Meleset?
Bagi Gimbot tak masalah bila Death Stranding memperoleh banyak nominasi, termasuk nominasi Game of the Year sekalipun. Ajang penghargaan seperti ini memang adalah hal yang sangat subyektif. Sama seperti penghargaan film, kritikus biasanya lebih suka menominasikan suatu karya yang punya keunikan atau nilai artistik tinggi. Wajar bila game yang dibintangi oleh Norman Reedus itu mendapat banyak nominasi.
Tapi ada satu hal yang mengganjal bagi Gimbot. Dari seluruh nominasi yang didapat Death Stranding, kategori Games for Impact ternyata tak termasuk di dalamnya. Padahal menurut Gimbot, kategori itu sangat cocok untuk Death Stranding. Bukan berarti game lain yang masuk nominasi pasti tidak cocok, tapi pesan yang disampaikan Death Stranding itu sangat pas dengan tujuan kategori nominasi Games for Impact sehingga sayang sekali bila tidak masuk.
Apa sih syarat sebuah game bisa masuk nominasi Games for Impact? Deskripsi The Game Awards menyebutkan bahwa kategori ini ditujukan “untuk game yang memancing pemikiran dan mengandung makna atau pesan pro-sosial”. Apakah Death Stranding memenuhi syarat tersebut? Mari kita bedah di bawah. Tenang, Gimbot akan berhati-hati agar tidak membeberkan spoiler.
Menyikapi Alam Semesta
Seperti Gimbot jelaskan di review beberapa waktu lalu, Death Stranding bukan sekadar cerita fiksi ilmiah, tapi juga mengandung unsur fantasi dan filosofi yang kuat. Pada awalnya kamu akan merasa bahwa tujuan utama game ini adalah sekadar untuk menyatukan kembali negara Amerika, tapi semakin ke belakang fokus utama pembahasannya akan bergeser. Kamu akan semakin banyak menyelami misteri fenomena supernatural yang disebut Death Stranding, bagaimana fenomena itu terjadi, dan apa dampaknya secara global.
Untuk mengetahui jawaban dari segala misteri tersebut kamu harus memainkan game-nya sendiri sampai tamat. Tapi yang jelas, bencana Death Stranding bukanlah bencana alam biasa. Ini merupakan fenomena dengan skala masif yang mempengaruhi seluruh Amerika, bahkan seluruh dunia.

Sepanjang permainan kamu akan diajak bertanya-tanya, apa sebenarnya Death Stranding itu? Apakah Death Stranding adalah hal yang natural dan sudah seharusnya terjadi? Apakah Death Stranding muncul karena gangguan eksternal, atau merupakan bagian dari karakteristik alami dunia kita?
Apa penyebabnya? Seperti apa aturannya? Bisakah kita menghindarinya? Dan seterusnya, dan seterusnya.
Lebih jauh lagi, fenomena Death Stranding tidak hanya mempengaruhi dunia manusia, tapi juga berhubungan kuat dengan “dunia lain” yang misterius. Dunia lain itu, mungkin bisa disebut dunia arwah, atau alam baka, atau alam akhirat. Tak seorang pun tahu bagaimana wujud atau cara kerjanya secara pasti, tapi yang jelas mereka tahu bahwa dunia lain itu ada dan berpengaruh besar pada dunia kita.
Mencoba memahami apa itu fenomena Death Stranding, rasanya seperti mencoba memahami sifat-sifat Tuhan dan misteri penciptaan alam semesta.
Gimbot tidak tahu apa latar belakang agama Hideo Kojima, namun jelas sekali bahwa dia sedang mengajak kita untuk berpikir tentang kekuatan besar yang berada di luar jangkauan dan pemahaman kita. Mungkin kita bisa paham sebagian, tapi untuk memahami kekuatan itu seutuhnya? Rasanya terlalu sombong mengaku demikian.
Menyikapi kekuatan besar yang incomprehensible tersebut, manusia bisa mengambil satu dari beberapa pilihan. Tunduk taat sesuai pemahaman dan berusaha jadi “tangan kanan Tuhan”; putus asa pada keadaan dan hanya menunggu nasib datang; atau terus mencari jawaban dan menentukan takdir sendiri—bahkan meskipun jawaban yang kita temukan itu pada akhirnya belum tentu benar.

Ada suatu titik dalam cerita Death Stranding yang memberi kita kesempatan untuk menentukan pilihan tersebut, namun sayangnya di sini Kojima hanya memberikan satu pilihan yang benar. Gimbot rasa akan lebih baik bila ceritanya dibuat lebih open-ended, supaya pemain bisa membuat interpretasi sendiri dengan bebas. Tapi mungkin penyampaian ceritanya akan jadi lebih sulit, dan akan butuh biaya lebih besar.
Satu ide yang menurut Gimbot menarik dan secara eksplisit disodorkan pada kita oleh Kojima adalah konsep Anti-Nihilisme. Anti-Nihilisme sebetulnya punya landasan yang mirip dengan Nihilisme: bahwa hidup kita di dunia ini, pada akhirnya, tidak memiliki makna. Tapi seorang Nihilis merespons ketiadaan makna tersebut secara negatif, apatis, dan pesimis. Untuk apa mengerjakan sesuatu kalau pada akhirnya kehidupan kita tidak bermakna? Kira-kira seperti itu.
Sebaliknya, seorang Anti-Nihilis merespons ketiadaan makna secara positif, bahkan sedikit kontradiktif. Hidup kita tidak terikat pada makna tertentu dan kita tidak akan hidup selamanya, jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berbuat yang terbaik sesuai apa yang kita inginkan. Andai pun dunia ini hancur esok hari atau kita mati, memangnya kenapa? Kita tetap bebas untuk mengisi hari ini dengan sebaik-baiknya. “Keep on keeping on,” kalau kata para kurir BRIDGES.

Menormalkan Kebaikan
Di luar pemikiran tentang ketuhanan, penciptaan alam semesta, dan Anti-Nihilisme, Death Stranding juga mengajak kita menyelami kondisi psikologis Sam Porter Bridges secara intim. Sayang untuk bagian ini, Gimbot tidak bisa membahasnya detail tanpa membuka spoiler. Intinya hasil perjalanan Sam Porter Bridges pada akhirnya bukanlah untuk Amerika, tapi untuk dirinya sendiri.
Bukan masalah menyelamatkan dunia yang terpenting, tapi bagaimana Sam bisa menyelamatkan diri dari kesendirian dan perlahan-lahan menjalin hubungan dengan orang lain. Kemudian perkembangan karakter ini ditutup dengan klimaks yang memutarbalikkan seluruh pencapaian tersebut, dengan sebuah keputusan yang sangat indah tapi di satu sisi juga sedikit tragis.
“Everything I touch, I lose,” kata Sam dalam sebuah penggalan adegan mendekati akhir cerita. Apa pesan yang ingin disampaikan Kojima lewat perjalanan personal Sam, silahkan kamu renungkan sendiri setelah memainkannya. Tapi menurut Gimbot, Sam mengajarkan bahwa terkadang tidak ada salahnya mendahulukan kebutuhan diri dibandingkan kebutuhan orang-orang sekitar. Mungkin terdengar sentimental, tapi seisi dunia ini tidak akan ada artinya bila kita tidak mampu menyelamatkan diri sendiri. Setidaknya, untuk kasus-kasus tertentu.

Lebih menarik lagi, pesan pro-sosial utama dalam Death Stranding bukanlah pengalaman hidup Sam—meskipun aspek itu juga punya peran kuat. Bukan lewat cerita, Death Stranding justru menyampaikan pesan pro-sosial itu melalui gameplay, sesuatu yang menurut Gimbot sangat cerdas tapi juga harus dibayar mahal.
Desain gameplay Death Stranding mengajak para pemain untuk bantu-membantu agar perjalanan mereka bisa lebih mudah. Lewat internet, kita bisa meninggalkan penanda jalan, peralatan, senjata, material, infrastruktur, hingga kendaraan untuk digunakan oleh pemain lain. Sebagai imbalannya, pemain yang terbantu oleh kita bisa mengirimkan Like sebagai tanda terima kasih.
Desain seperti ini memang pada akhirnya tidak untuk semua orang. Akan ada pemain yang kecewa karena mereka ingin lebih banyak aksi, lebih banyak konflik, atau lebih banyak pertarungan. Tapi Death Stranding bukanlah game seperti itu. Alih-alih berkelahi satu sama lain, game ini justru menghadapkan kita pada satu masalah besar bersama—dunia yang hancur oleh bencana—kemudian mengajak kita bahu-membahu mengatasi masalah tersebut. Death Stranding adalah game tentang problem-solving, bukan conflict-solving.

Meski hanya lewat video game, Hideo Kojima mengingatkan kita bahwa menolong orang adalah sesuatu yang menyenangkan. Perasaan puas yang kita dapat ketika seseorang mengirim Like, atau ketika muncul notifikasi bahwa perlengkapan yang kita tinggalkan telah digunakan oleh seseorang, adalah efek emosional unik yang sulit kita temukan di game lainnya.
Hal sebaliknya juga berlaku. Ketika kita sedang kesulitan, berada di medan yang ganas dan kehabisan suplai perjalanan, menemukan kendaraan, barang, atau infrastruktur yang ditinggalkan oleh pemain lain pun sangat melegakan. Bukan hanya menolong orang, ditolong orang ternyata rasanya juga menyenangkan!
Dan Death Stranding betul-betul memotivasi kita untuk tidak ragu-ragu memanfaatkan bantuan dari orang lain itu.
Di era modern ini, hubungan antar manusia telah berubah menjadi sesuatu yang aneh. Kita sangat mudah terkoneksi satu sama lain secara virtual lewat internet dan media sosial, tapi hubungan interpersonal nyata terkadang justru terabaikan. Media sosial juga mendorong kita untuk hanya memamerkan sisi yang baik-baik saja dari kehidupan, sementara bila sedang kesusahan kita gengsi untuk menampilkannya.

Death Stranding, tampaknya, berusaha mengubah hal itu. Di sini kita diajak untuk aktif, baik memberikan pertolongan ataupun meminta pertolongan pada orang lain. Secara pribadi, Gimbot berharap meminta pertolongan di dunia nyata bisa terasa senatural meminta pertolongan dalam Death Stranding. Dengan demikian, mungkin saja, jumlah orang yang menyendiri, depresi, atau bunuh diri di generasi ini bisa berkurang.
Memang hasilnya belum tentu seperti itu. Sepositif apa pun relasi antar manusia yang terjadi di masyarakat, hal-hal buruk tetap saja bisa terjadi. Tapi sesuai dengan ide Anti-Nihilisme yang ditawarkan Kojima, kemungkinan bahwa usaha kita pada akhirnya akan sia-sia bukanlah alasan untuk kita berhenti berusaha. Jadi tetap hidup dan berjuanglah, walaupun beban seluruh dunia sedang ada di pundakmu.
Keep on keeping on!

Pretty! This has been a really wonderful post. Many thanks for providing these details.
very informative articles or reviews at this time.
I really like reading through a post that can make men and women think. Also, thank you for allowing me to comment!
I’m often to blogging and i really appreciate your content. The article has actually peaks my interest. I’m going to bookmark your web site and maintain checking for brand spanking new information.