Review The Last of Us Part 1 – Apa Perlu Di-remake?


Naughty Dog menyulap salah satu game terbaik jadi lebih baik?

Review The Last of Us Part I Apakah Perlu Di-Remake - GIMBOT - Featured - Indonesia

Sebelum memainkan The Last of Us Part 1, saya sempat tidak yakin apakah saya siap kembali ke dalam petualangan Joel dan Ellie. Cerita perjalanan kedua karakter ini rasanya masih sangat melekat buat saya setelah memainkan sekuelnya, The Last of Us Part 2. Selain itu saya juga kerap bertanya ke diri sendiri, apakah versi remake The Last of Us memang diperlukan? Apakah worth it dengan banderol harga yang menyentuh satu juta rupiah?

Dengan banyak pertanyaan di kepala, saya kembali masuk ke dalam perjalanan Joel dan Ellie yang secara perlahan menjawab banyak pertanyaan saya soal The Last of Us Part 1 lewat review kali ini.

Jalan Cerita The Last of Us Part 1: Masih Sama, Masih Sakral

Secara jalan cerita, tidak ada yang berubah dari narasi The Last of Us Part 1. Tapi buat saya ada perasaan yang berbeda ketika kembali memainkan Joel setelah sebelumnya memainkan Ellie di The Last of Us Part 2, di sini saya jadi semakin mengerti kenapa banyak fans mencintai sosok Joel (Kalau kamu sudah memainkan The Last of Us Part 2 mungkin kamu bakal mengerti maksud saya).

Joel Miller, sang karakter utama, merupakan penyintas post-apocalypse di mana bumi tidak lagi sama setelah manusia terinfeksi sebuah penyakit yang mengubah mereka menjadi zombie. Hidup Joel tak lagi sama setelah ia kehilangan satu-satunya buah hati di saat kepanikan pecah ketika zombie menyerang untuk pertama kalinya. Selama bertahan hidup, Joel tinggal disebuah camp bersama dengan para penyintas lainnya dengan menjalankan misi penyelendupan. Salah satunya adalah ketika ia diminta mengantarkan seorang perempuan remaja bernama Ellie ke sebuah grup militer bernama Fireflies.

Di sinilah perjalanan Joel dan Ellie yang penuh dengan roller coaster emosi dimulai.

Jalan cerita yang solid dan ikatan emosi antara Joel dan Ellie yang dibangun secara perlahan dengan pasti membuat saya teringat mengapa The Last of Us begitu dicintai jutaan pemain. Tidak heran apabila Naughty Dog memilih untuk mempertahankan jalan cerita di versi remake ini dan fokus kepada pembaruan visual yang mampu menggambarkan hubungan emosi yang semakin kuat antar karakter dengan ekspresi yang realistis.

Apa yang Baru di The Last of Us Part 1?

Naughty Dog membawa The Last of Us Part 1 ke era modern dengan visual dan beberapa fitur yang tidak bisa kamu temukan di versi sebelumnya. Selain environment yang lebih realistis, karakter di The Last of Us Part 1 terlihat lebih hidup dibandingkan versi sebelumnya, misalnya Joel yang kini terlihat lebih “sangar” dengan guratan di wajahnya yang semakin jelas serta Ellie yang semakin konsisten dengan tampilannya di The Last of Us Part 2. Bahkan ketika di camera mode, saya sempat iseng-iseng dan dibuat takjub dengan detail jenggot Joel ketika diperbesar!

Pembaruan visual di The Last of Us Part 1 juga diikuti dengan penambahan pilihan performance mode dan fidelity mode. Pada review kali ini saya lebih sering menggunakan performance mode yang membawa saya ke pengalaman bermain yang jauh berbeda dengan versi originalnya dengan frame rate 60Hz yang stabil. Selain itu The Last of Us Part 1 juga menawarkan opsi accessibility yang super detail! Cocok buat kamu yang suka otak-atik pengaturan bermain untuk membuat pengalaman bermain dengan caramu tersendiri.

Secara gameplay, musuh dan desain level masih identik dengan versi originalnya. Hanya saja, kali ini musuh di The Last of Us Part 1 hadir dengan AI yang lebih pintar dan agresif memungkinkan saya untuk mencoba pengalaman bermain yang berbeda. Misalnya Clicker, zombie buta, yang semakin brutal saat mendengar gerakan yang mengharuskan saya untuk terus bersembunyi atau bergerak dan kawanan pemberotak yang semakin kompak dalam menyerang. Selain itu tentu saja saya masih menikmati serunya melempar molotov ke kawanan zombie, menerjang musuh dengan senjata melee, dan menunggu waktu yang tepat untuk silent kill. Namun sayang di luar itu semua saya tidak merasakan perubahan signifikan dari sisi gameplay, ditambah lagi Joel masih bertarung tanpa kemampuan dodge.

Untuk yang terakhir, lagi-lagi saya harus mengacungkan jempol buat fitur DualSense yang mulai sering digunakan untuk beberapa game di PS5. Haptic feedback dan adaptive triggers pada DualSense memberikan saya pengalaman yang tidak bisa temukan pada The Last of Us versi original. Hentakan shotgun saat ditembakan hingga tarikan panah menghasikan respon yang berbeda di controller DualSense. Bahkan, Naughty Dog mengklaim setiap senjata memiliki resistensi berbeda dan getaran yang unik terhadap controller.

Apakah The Last of Us Part 1 Worth It?

Dengan banderol Rp1.029.000 saat review ini diturunkan, saya rasa angka tersebut sangat worth it buat mereka yang belum pernah memainkan The Last of Us sama sekali. Bahkan saya bakal merekomendasikan untuk langsung memainkan versi ini daripada versi originalnya.

Tapi buat kamu yang sudah pernah memainkan The Last of Us versi original, saya rasa cukup berat untuk memberikan nilai worth it. The Last of Us Part 1 memang menyajikan pengalaman bermain selayaknya game next-gen dengan visual yang memanjakan mata. Namun secara pondasi, The Last of Us Part 1 tidak membawa perubahan yang signifikan, paling tidak itu yang saya rasakan. Menurut saya, The Last of Us Part 1 lebih terasa seperti versi remaster yang di-remaster daripada sebuah versi remake. Dengar gembar-gembor remake, tentu saja harapan saya The Last of Us Part 1 mampu membawa lebih banyak pengalaman baru ketika memainkannya. Seandainya saja, Naughty Dog berani melakukan eksperimen baru lainnya, paling tidak dari segi gameplay, mungkin lebih banyak pemain dapat mempertimbangkan untuk merogoh koceknya.

Kesimpulan

The Last of Us Part 1 memang bukan ditujukan buat semua orang, namun hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa seri ini masih menjadi salah satu game terbaik yang pernah saya mainkan. Apabila suatu saat saya kangen kembali ke petualangan Joel dan Ellie, sepertinya sudah jelas saya akan langsung memilih The Last of Us Part 1!


Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Brian

Kalau hidup adalah sebuah game, then life is a permainan. Astronaut of Gimbot.