[Review] God of War Ragnarök – GOTY, God of the Year!


Kratos kembali lewat God of War Ragnarök untuk mengambil alur cerita yang tertinggal di prekuelnya

Buat saya yang pertama kali memainkan seri God of War di tahun 2018, God of War Ragnarök menjadi game nomor satu yang paling saya nantikan di penghujung tahun ini.

Bagaimana tidak, petualangan Kratos bersama Atreus masih menyisakan banyak pertanyaan buat saya. Bagaimana takdir Kratos selanjutnya? Siapakah sebenarnya Atreus? Apakah Kratos bisa jadi Ayah yang baik buat Atreus? Lewat sekuelnya, Santa Monica seperti menjawab pertanyaan saya secara langsung lewat alur cerita yang dikemas dengan penuh dinamika.

Sebelum lebih jauh saya bisa pastikan review ini akan bebas dari spoiler. Jadi langsung saja, berikut ini review Gimbot untuk God of War Ragnarök!

Alur Cerita – Mendidik Anak Manusia Aja Repot, Apalagi Anak Dewa

Tidak ada yang berubah dari Kratos, ia masih menjadi sosok yang bikin saya bersyukur tidak memiliki ayah sepertinya. Masih ingat bagaimana caranya mendidik Atreus? Keras dan tegas yang diselingi gertakan. Yaa… walaupun tujuannya baik tapi begitulah kurang lebih cara Kratos mendidik anak semata wayangnya.

Di sisi lain, Atreus yang beranjak remaja (dan tidak lagi dipanggil “BOY!”) mulai menunjukan keinginan untuk mendapatkan kepercayaan lebih dari sang ayah yang masih saja membatasinya. Namun sayangnya hal tersebut tidak berjalan mulus dan berujung pada masalah lain dengan Kratos. Hal ini bikin saya berpikir mendidik anak manusia saja sudah repot apalagi mendidik anak dewa.

Untungnya di God of War Ragnarök, Kratos masih di kelilingi orang-orang yang mengisi perjalannya dan bahkan sering kali mampu meredam emosinya. Sosok seperti duo dwarf, Brok dan Sindri serta Mimir masih mencairkan suasana hati Kratos dengan dialognya yang ringan dan lucu. Satu hal yang paling saya rasakan di God of War Ragnarök ialah ikatan emosi layaknya sebuah keluarga dengan pasang surutnya, berbeda dengan God of War (2018) yang didominasi hubungan antara ayah dan anak.

Perjalanan Kratos berlanjut tiga tahun setelah berakhir di puncak Jotunheim untuk menabur abu Faye, lokasi di mana ia melihat sebuah ramalan masa depan dan Atreus sadar bahwa dirinya merupakan anak setengah dewa dan setengah giant. Seiring berjalannya waktu, Atreus yang dipenuhi rasa penasaran pun mulai mencari jati dirinya dan menemukan bahwa dirinya merupakan jawaban dari kehancuran dunia, Ragnarök.

Kratos menyadari bahwa jawaban dari apa yang Atreus cari justru bisa saja menimbulkan kekacauan yang mengancam nyawa Atreus sendiri. Apalagi Kratos sendiri sudah berjanji untuk tidak lagi membunuh dewa-dewi atau terlibat dalam perang apapun. Pertanyaannya, apakah Kratos dan Atreus mampu mengubah ramalan masa depan yang mereka lihat?

Ramalan mengenai Ragnarök yang menjadi benang merah dalam perjalan Kratos kali ini hampir selalu muncul di setiap bagian permainan. Bahkan di saat tidak menjalankan quest para karakter (NPC) sering kali berinteraksi mengenai kejadian yang berhubungan dengan ramalan tersebut. Jadi bisa dipastikan walaupun kamu menjalani side quest atau sekedar bereksplorasi, kamu tidak akan tersesat dalam alur cerita mitologi Norse.

Dalam perjalanannya God of War Ragnarök menyuguhkan emosi bak roller coaster di sepanjang permainan, rasa cemas dan penasaran bercampur aduk dengan rasa kesal dan sedih. Untungnya itu semua terasa setimpal dengan reward yang didapatkan.

Gameplay – If It Ain’t Broke, Don’t Fix It

Jika tidak rusak, jangan memperbaikinya. Mungkin inilah pepatah yang dipegang oleh Santa Monica yang masih mempertahankan aksi yang sama dengan prekuelnya. Tidak terlalu banyak perubahan radikal di God of War Ragnarök karena kamu masih dihadapkan dengan Kratos yang hobi tebas sana-sini menggunakan Leviathan Axe dan Blade of Chaos dari awal permainan.

Kratos dengan senjata andalannya, Blade of Chaos

Sebagai pelengkap tentu saja saya bisa menaikan skill agar “tebas sana-sini” jadi lebih seru, apalagi God of War Ragnarök memiliki skill tree yang semakin menarik dengan tambahan efek damage, stun, atau elemen ketika skill tersebut telah mencapai level tertinggi. Namun buat saya yang terlanjut cocok dengan beberapa skill dari awal permainan, saya jadi tidak terlalu memusingkan skill lainnya dan masih bisa melanjutkan permainan. Jadi kalau kamu tipe pemain yang suka mashing button, bisa dipastikan kamu masih bisa menikmati aksi di God of War Ragnarök.

Satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah keterlibatan Atreus yang semakin terasa signifikan sebagai sidekick Kratos di God of War Ragnarök. Kali ini Atreus memiliki dua jenis anak panah yang menghasilkan efek yang berbeda saat mengenai musuh yang tentunya akan menghasilkan combo maut apabila dipadukan dengan serangan yang tepat dari Kratos. Selain itu, kedua anak panah ini juga sangat berperan dalam menyelesaikan puzzle.

Anak panah Sigils dapat bereaksi dengan elemen lainnya

Bicara tentang puzzle, God of War Ragnarök memberikan lebih banyak rintangan puzzle dalam setiap quest-nya. Apalagi dengan kemampuan terbaru Atreus, yang membuat puzzle semakin menantang dan bikin saya harus berpikir keras untuk memadukan combo anak panah Atreus dengan Leviathan Axe atau Blade of Chaos miliki Kratos. Menariknya puzzle tersebut bisa kamu temukan bukan hanya di side quest tapi juga main quest.

Satu hal yang paling mengganjal buat saya ialah dunia yang ditampilkan di God of War Ragnarok, walaupun memang bukan game open-world namun settingan yang disajikan selayaknya game open-world tidak serta merta menghasilkan pengalaman eksplorasi yang sama. Hasilnya beberapa quest, terutama main quest, jadi terasa linear seperti misalnya saat diharuskan mendayung perahu, memanjat tebing, atau berjalan menyusuri sebuah area untuk mencapai lokasi tertentu. Dan ini semua dapat saya lakukan tanpa rintangan apapun, bahkan nyasar pun rasanya mustahil. Saya sih berpikir, mungkin Santa Monica lagi ingin pamer keindahan Nine Realms.

Kesimpulan – God of the Year atau Game of the Year?

Saya akan langsung to the point saja, God of War Ragnarök merupakan calon kuat game of the year, paling tidak dalam versi saya. Dengan banyaknya penghargaan yang diterima God of War (2018), Santa Monica sepertinya sadar tingkatan standar yang harus mereka capai. Dan God of War Ragnarök menjadi pembuktian Santa Monica yang berhasil melompati standar tersebut. Angkat topi.

Di God of War Ragnarök, Santa Monica berhasil melanjutkan alur cerita yang tertinggal di God of War (2018) tanpa harus mengubah pondasi yang sudah kuat. Alur cerita dikemas dengan narasi yang menarik, ikatan antar karakter yang penuh emosi, serta animasi visual yang luar biasa menjadi pelengkap yang sempurna untuk merangkum perjalanan Kratos di mitologi Norse.

God of War Ragnarök segera dirilis di PS5 dan PS4 pada tanggal 9 November 2022, pastikan kamu sudah melakukan pre-order di PlayStation Store.


Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Kang blog Tutorial
July 13, 2023 5:21 pm

Thnks infonya, mampir jugak di blog aku yaa ????
Linknya ada di bawah ini:
????????????????????
https://artikelsaku.blogspot.com

Brian

Kalau hidup adalah sebuah game, then life is a permainan. Astronaut of Gimbot.