Review ARC Raiders – suguhan extraction shooter lintas platform terbaik tahun ini


ARC Raiders adalah ambisi Embark untuk membuat extraction shooter semakin dikenal di jalur mainstream.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, industri video game seolah tersihir oleh satu genre spesifik: extraction shooter. Tren genre game online yang dipopulerkan oleh Escape from Tarkov dan Hunt: Showdown ini telah memicu gold rush baru yang membuat player dibanjiri oleh genre serupa, mulai dari mode DMZ di Call of Duty: Modern Warfare 2, hingga beberapa judul indie seperti Deep Rock Galactic, Forever Winter, Sulfur, VIGOR, dan sebagainya.

Embark Studios, yang digawangi veteran industri di balik popularitas Battlefield, mencoba untuk tidak sekadar ikut meramaikan pasar; tetapi juga ambisi untuk mendefinisikan genre ini agar semakin diterima pasar mainstream lewat ARC Raiders. Tidak seperti Tarkov yang peluncurannya terpaku hanya pada PC saja, ARC Raiders juga diluncurkan ke console dan menyediakan opsi crossplay antar pemain beda platform.

Gimbot sendiri telah menghabiskan puluhan jam menyusuri The Rust Belt, mati konyol di tangan drone, hingga dikhianati rekan sesama Raider di zona penjemputan, dan berikut adalah ulasan ARC Raiders untuk kamu.

Shoot, Loot, and Time to Scoot” sebenar-benarnya

Premis kawanan survivor menghadapi barisan robot “pembasmi umat manusia” bukanlah barang baru di genre permainan action shooter. Di tahun 2019 lalu, studio game Avalanche juga pernah mengusung konsep ini lewat game berjudul Generation Zero. Game extraction shooter lainnya berjudul Forever Winter pun juga sama. Meskipun bukan plot yang terbilang baru, namun untuk kasus ARC Raiders, Embark Studios mencoba hal berbeda lewat nuansa dunia futuristik dengan estetika seni Analog Futurism ala tahun 1970-an yang indah nan brutal.

Di ARC Raiders, tujuan utama kamu adalah menjadi “pemulung” handal yang bisa memanfaatkan waktu looting sebaik mungkin. Sistem progresi di game ini dirancang untuk mendorong pemain terus kembali ke permukaan bukan hanya sekadar memungut komponen crafting demi kebutuhan upgrade saja, tetapi juga mencari experience untuk keperluan leveling karaktermu.

Ada beragam hal yang bisa kamu kerjakan ketika sedang berada di permukaan, mulai dari mencari material crafting rare di lokasi tertentu, mengerjakan checklist side quest yang diberikan NPC, mencoba mengalahkan robot terkuat, hingga “membegal” pemain di lokasi penjemputan untuk merampas hasil loot mereka.

Setiap pemain akan spawn di sudut lokasi peta yang berbeda dan mereka diberikan maksimal waktu sekitar 30 menit untuk melakukan looting untuk kemudian kabur ke titik area penjemputan yang tersedia. ARC Raiders tidak memberikan informasi berapa banyak jumlah player yang ada di suatu map sehingga menjadi faktor unknown yang membuatmu terus berwaspada.

Di luar ancaman serangan oleh player lain, keberadaan aneka robot NPC yang menjadi musuh utama ARC Raiders juga menjadi faktor resiko yang juga harus diperhitungkan. Tidak semua robot harus kamu hadapi di sini, mengingat keterbatasan peluru dan kapasitas isi tas pemain juga menentukan faktor keselamatanmu.

Faktor emergent gameplay yang jadi kunci (sekaligus adiksi)

Faktor paling nagih dari ARC Raiders yang menjadi alasan mengapa Gimbot sulit lepas dari controller adalah keberadaan faktor emergent gameplay. Emergent gameplay sendiri merupakan istilah industri untuk momen-momen tak terduga yang muncul bukan karena skrip cerita, melainkan karena tabrakan berbagai faktor dan sistem permainan yang muncul secara organik.

Bayangkan skenario ini: skuad kamu sedang baku tembak sengit menghadapi tim lain. Kemudian drone Snitch (NPC) menyelidiki posisi tembakan itu dan memanggil NPC robot lainnya untuk datang ke lokasi kalian. Dalam game shooter biasa, kamu mungkin akan fokus di situasi PvP ini dan abai terhadap musuh NPC karena yakin sistem akan berpihak kepada pemain.

Namun hal itu tidak berlaku di sini. Seringkali dalam ARC Raiders dinamika sosialnya berubah karena robot tersebut akan terlalu kuat untuk dihadapi sisa tim pemain yang sudah terlanjur sekarat dan kekurangan amunisi. Dua tim asing tadi bisa saja semuanya lari tunggang langgang dari lokasi pertempuran atau bahu-membahu menumbangkan ancaman robot tersebut. Pertanyaannya sekarang, siapa yang akan mendapatkan loot dari hasil mengalahkan robot-robot tersebut?

Agenda pemain yang beda-beda serta interaksi antara elemen (PvEvP) inilah yang menciptakan drama atau mungkin kekacauan tak terencanakan yang menanti pemain di setiap sesi permainan ARC Raiders.

Presentasi audio visual yang tiada tandingan

Hal pertama yang menarik perhatian Gimbot saat pertama kali menjejakkan kaki di ARC Raiders adalah betapa memukaunya dunia yang Embark Studios hadirkan. Lewat Unreal Engine 5, Embark tidak hanya menciptakan visual dan atmosfer dunia yang memanjakan mata, tetapi juga elemen world building yang believable, berkat nuansa retro-futurism yang dapat pemain jumpai di desain baju karakter, bangunan, dan lain-lain.

Cahaya matahari yang menembus kabut pagi di pepohonan Dam Battlegrounds atau pantulan sinar di rongsokan mesin ARC raksasa memberikan nuansa berbeda yang sejauh ini belum pernah Gimbot jumpai genre permainan extraction shooter lainnya.

Sebagai game extraction shooter dengan sudut pandang orang ketiga (Third Person Shooter), ARC Raiders berhasil membangun ketegangan bukan melalui koridor gelap sempit, tetapi juga lewat ruang terbuka yang luas.

Desain audio dalam game ini layak mendapatkan acungan jempol tersendiri. Di sini kamu bisa mendengar desingan mesin ARC dari kejauhan atau langkah kaki Raider lain dari balik bukit, yang seketika bisa mengubah sesi looting santai menjadi mode bertahan hidup penuh paranoia.

Monetisasi opsional, tipikal live service modern

Salah satu keputusan paling krusial yang diambil Embark Studios adalah mengubah model bisnis game ini dari rencana awalnya Free-to-Play menjadi judul game berbayar alias premium. Seringkali, ketika sebuah game shooter modern diumumkan sebagai “berbayar”, komunitas akan terpecah dua. Ada yang bersyukur karena biasanya cheater lebih sedikit, dan ada yang mengeluh karena harus keluar modal untuk bermain di awal. Bagi kasus ARC Raiders, Embark sendiri memilih jalan tengah dengan membanderolnya di harga kisaran Rp400 ribuan.

Sebagai game live service pada umumnya, ARC Raiders juga menghadirkan elemen microtransaction ke dalam bagian permainannya. Sejauh pantauan Gimbot, mayoritas yang dijual di Store adalah elemen kosmetik. Meskipun demikian, bukan berarti game ini menutupi kesempatan pemain untuk tampil terlihat keren. Kamu masih bisa mengganti pakaian karaktermu dengan gear hasil grinding tanpa harus keluar uang sepeser pun lewat free battle pass yang ada di menu dan yang muncul di setiap event khusus ARC Raiders.

Kesimpulan: beli atau tidak?

ARC Raiders mungkin tidak menciptakan inovasi yang benar-benar baru dalam genre extraction shooter, namun ia berhasil semakin membuatnya populer karena sistemnya yang mudah dipelajari dan peluncurannya yang masif hingga ke console game generasi terkini. Faktor crossplay membuat server game ini terasa tidak pernah sepi, karena kalau pun memang sepi justru player akan sangat diuntungkan di situasi ini.

Mainkan jika:
– Kamu tertarik mencoba genre extraction shooter tapi belum tahu memulai dari mana,
– Kamu punya console modern dan belum menemukan game extraction shooter yang oke di sana,
– Suka dengan game dengan balutan aksi PvEvP dan gemar mengganggu kesenangan orang lain,

Pikir dulu jika:
– Kamu tidak suka keberadaan elemen PvP di game apa pun,
– Kamu tidak suka jika hasil jerih payah bermainmu hilang permanen dalam sekejap,


Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Hideo Kojami

Post-apocalyptic game connoisseur. Gamer dad yang suka main game bertema kiamat nuklir