Membuat sebuah video game tentu bukanlah sebuah perkara mudah. Membuat game membutuhkan sebuah semangat dan ketelitian. Karena jika tidak, modal yang dikeluarkan oleh developer akan sia-sia jika game yang mereka buat hasilnya jelek atau kurang laku.
Oleh sebab itu, selain pembuatan yang serius juga diperlukan teknik marketing yang baik nantinya. Beberapa developer yang ada sudah membuktikan bahwa membuat sebuah game bukanlah perkara yang mudah.
BACA JUGA: Cara Transfer Data Secara Langsung dari PS4 ke PS5
Pasalnya, beberapa developer tersebut sampai harus gulung tikar alias bangkrut setelah membuat sebuah game. Beberapa game tersebut lantas diberi cap sebagai pembunuh developernya sendiri alih-alih menjadi penyelamat keuangan mereka.
Gimbot sudah mengumpulkan beberapa daftar mengenai game yang bikin bangkrut developernya sendiri. Berikut ulasannya!
1. God Hand – Clover Studio
Clover Studio merupakan sebuah studio yang dibuat oleh salah satu talenta terbaik Capcom. Capcom pun menjadi perusahaan yang memberikan kebebasan serta kendali penuh pada Clover untuk menentukan arah kreatif dari studio tersebut.
Clover memulai debutnya dengan baik setelah mereka mengembangkan viewtiful Joe 1 dan Viewtiful Joe 2 yang diakui sebagai game berkualitas. Namun, ada masalah yang kemudian membuat Clover menurun dari sisi keuangan.
Capcom meraih keuntungan besar dari kekayaan intelektual yang ada, sedangkan sang kreator, Clover Studio hanya menghasilkan keuntungan sedikit yang dihasilkan dari game yang mereka buat meski kualitasnya luar biasa.
Keajaiban yang dibuat oleh Clover tak berhenti sampai di situ saja di mana mereka sukses membuat Okami di tahun 2006 yang menjadi salah satu game terbaik yang pernah dibuat di industri game. Sayangnya, Capcom justru menganggap bahwa Clover Studio gagal memenuhi ekspektasi tinggi pada mereka.
Sayangnya, satu kesempatan terakhir yang diberikan oleh Capcom gagal dimanfaatkan mereka. Mereka membuat God Hand yang belum cukup bagus. Pada akhirnya, Capcom menutup Clover Studios pada akhir 2006 dan para pendiri Clover kemudian memilih meninggalkan perusahaan itu.
2. Kingdom of Amalur: Reckoning – 38 Studios
Terinspirasi oleh game MMORPG awal dan pertengahan tahun 2000-an seperti World of Warcraft, Everquest, dan Runescape, Curt Schilling akhirnya memutuskan untuk mendirikan perusahaan game bernama 38 Studios dengan maksud untuk membuat game RPG yang sama dengan apa yang dia suka di masa lalu.
38 Studios kemudian memperbesar dirinya sendiri dengan mengakuisisi Big Huge Games pada tahun 2009 yang awalnya dimiliki oleh THQ. Setelah melakukan akuisisi, keduanya langsung menciptakan proyek yang kemudian dikenal sebagai Kingdom of Amalur: Reckoning.
BACA JUGA: 5 Game PC Terbaru yang Wajib Dimainkan Bulan Desember 2020
Sayangnya, meski kualitas game ini mumpuni, 38 Studios tidak balik modal. Mereka harus menjual tiga juta copy supaya bisa balik modal namun sayangnya, game ini hanya terjual 1,2 juta copy saja.
Hal ini membuat mereka bangkrut plus gagal melanjutkan sekuelnya yang berjudul Copernicus.
3. Too Human – Silicon Knights
Developer asal Kanada, Silicon Knights merupakan salah satu studio yang tidak beruntung. Karyanya sedikit plus harus gulung tikar dengan sangat cepat setelah mereka sukses besar membuat Legacy of Kain: Blood Omen, Eternal Darkness: Sanity’s Requiem, dan Metal Gear Solid: The Twin Snakes.
Kesuksesan mereka membuat beberapa proyek mendorong mereka bekerjasama dengan Microsoft Game Studios untuk membuat game paling ambisius yang berjudul Too Human. Meski proyeknya ambisius, tapi sayangnya mereka harus melewati proses yang melelahkan dengan hasil yang tentu saja gagal.
Silicon Knights mengerjakan proyek ini bertahun-tahun karena batasan kontrak yang membuat mereka tidak bisa membuat karya lain sebelum menyelesaikan Too Human. Mereka kemudian bergabung dengan Microsoft Studios untuk menyelesaikan proyek dan dana.
Sayangnya di tahun 2007, mereka membuat kesalahan fatal. Silicon Knights berselisih dengan Epic Games di tahun 2007 terkait Unreal Engine 3 yang menjadi mesin utama dalam membuat Too Human. Mereka kalah dalam gugatan membuat game ini ditarik dari pasar dan dihancurkan.
Keuangan Silicon Knights tak pernah membaik hingga akhirnya mereka gulung tikar.
4. Hellgate: London – Flagship Studios
Mantan karyawan Blizzard membuat sebuah studio yang kemudian diberi nama Flagship Studios yang belakangan menciptakan sebuah game yang diberi nama Hellgate: London. Sayangnya, game ini tidak mendapatkan kritik yang bagus plus situasi semakin pelik karena banyak gamer yang kecewa dengan game tersebut.
Karena keuangan yang sudah tak stabil, Flagship Studios bangkrut di tahun 2008 dan semua aset kekayaan intelektualnya disita sebagai jaminan Comerica Bank yang dulunya memberikan suntikan dana kepada mereka.
Selama satu tahun server dari game ini dikelola oleh Namco Bandai sebelum akhirnya ditutup sepenuhnya.
5. Tomb Raider: Angel of Darkness – Core Design
Core Design merupakan salah satu developer yang membuat game indie untuk sistem komputer Amiga. Sayangnya, mereka tak pernah mendapatkan popularitas dari game yang mereka buat sampai mereka membuat Tomb Raider di tahun 1996.
Dengan desain level yang inovatif, variasi, dan cerita luar biasa sukses besar. Kritikus dan gamer puas dengan hal tersebut. Kesuksesan itu membuat mereka ingin menelurkan satu game Tomb Raider per tahun untuk mempertahankan kesuksesan tersebut.
Di era PlayStation 1, mereka berhasil tapi tidak untuk era PlayStation 2. Petaka datang ketika mereka meluncurkan Tomb Raider: Angel of Darkness yang kualitasnya buruk. Mereka memaksa menyelesaikan game ini dalam waktu satu tahun saja dengan harapan game ini rilis tepat waktu serta sukses.
Kualitas buruk dari Angel of Darkness membuat Eidos yang menjadi induk dari Core Design mengambil lisensi dari game ini dan memberikannya pada Crystal Dynamics. Sejak itu Core Design tidak punya franchise apa-apa dan aset mereka dijual ke Rebellion Developments untuk mengakhiri perjalanan mereka.
