Saat era 1980-an dan 1990-an lalu, game biasanya memiliki karakter yang disorot dan hanya menjadi placeholder saja. Tapi kalaupun ada, karakter tersebut biasanya langsung menjadi icon atau maskot yang dikenang. Salah satunya adalah Sonic yang merupakan maskot untuk Sega.
Sama seperti Mario atau Pac-man, Sonic adalah salah satu karakter yang tetap dikenang bahkan setelah 30 tahun lamanya. Tapi ketika pertama kali lahir, Sonic diciptakan untuk tujuan lain, yaitu persaingan.
Dibuat untuk Bersaing
Sonic adalah salah satu “monumen” penting di persaingan console war di era 1980-an dan 1990-an. Saat itu, Nintendo menguasai pasar game berkat NES/SNES selama kurang lebih 10 tahun. Karakter dan game yang jadi bintang dan maskot kesuksesan tersebut tentu saja Mario.
Ingin bersaing, Sega kemudian mencoba melawan tren dan status quo. Perusahaan ini merilis console Sega Genesis, dan melakukan marketing besar-besaran untuk console terbaru tersebut. Tapi ketika Nintendo mengejar citra dan pasar yang lebih family-friendly dan untuk semua orang, Sega berusaha memasarkan Sega Genesis untuk anak remaja, khususnya laki-laki. Mereka bahkan tidak tanggung-tanggung menyindir Nintendo dengan pesan “Sega does what Nintendon’t.” Kamu bisa melihat contohnya di kumpulan iklan di atas.
Tapi layaknya Nintendo dengan Mario, Sega perlu karakter yang jadi maskot dan ujung tombak pemasaran Sega Genesis. Dari sinilah Sonic dan game pertamanya lahir.
Karakter yang Didesain untuk jadi Keren

Sonic didesain sedemikian rupa agar cocok dengan selera anak remaja laki-laki saat itu. Atau singkatnya, karakter ini didesain dengan aspek yang bertolak belakang dengan Mario. Tujuannya tentu saja untuk langsung bersaing dengan Nintendo.
Sonic berwarna biru, berlawanan dengan Mario yang berwarna merah. Karena berbentuk landak, ia secara visual lebih runcing/pointy dengan duri dan sepatunya, berlawanan dengan Mario yang lebih “bundar”. Dalam game-nya, Sonic bergerak sangat cepat dan memberikan pengalaman platforming yang seru, berlawanan dengan Mario yang lebih lambat. Sonic punya attitude, sedangkan Mario tidak. Sonic lebih keren, sedangkan Mario tidak.
Pada akhirnya, upaya Sega berbuah sukses. Sega Genesis berhasil merebut dominasi Nintendo di pasar game, dan sang landak biru ini adalah salah satu faktor yang berjasa dalam sukses tersebut.
Berbagai Wajah, Tapi Tetap Dikenal

Hingga saat ini, Sonic punya beberapa karakteristik yang tidak berubah. Ia punya rasa percaya diri tinggi, santai, suka bersenang-senang layaknya apa yang dianggap keren di mata anak remaja di era 80/90-an. Tapi di luar itu, identitas landak biru menjadi tanda tanya besar.
Memasuki akhir 90-an, Sega mulai kehilangan posisinya di industri game. Berbagai cara sudah dicoba, tapi berakhir gagal atau bahkan jadi blunder yang lebih besar. Sega perlahan kehilangan identitasnya, dan Sonic juga ikut terseret dalam krisis identitas tersebut.
Sejak populer, Sonic memang muncul di banyak game dan bahkan media lain (misal kartun). Tapi setiap kemunculan memperlihatkan pengalaman/kesan yang berbeda dan membuat perspektif dan citra orang terhadap karakter ini jadi tergantung pada konten mana yang mereka konsumsi pertama kali.
Seiring waktu, Sega akhirnya “mengaku kalah” dan tidak lagi menjadi perusahaan yang membuat console. Tapi untungnya Sonic tidak kehilangan popularitasnya. Sega yang kali ini hanya menjadi third party developer masih membuat game untuk maskot utamanya, dan sang landak biru juga juga sering muncul di berbagai media, entah itu karakter di game lain, konten fan-made, bahkan sampai film. Karena meskipun Sega sudah kehilangan pamornya, Sonic merupakan salah satu karakter iconic dengan banyak penggemar.
Baca juga: Analisis Pac-Man – Karakter yang Menepis Norma Video Game Di Era 80-an
		