Insomniac Games merupakan salah satu developer yang kualitasnya tidak perlu diragukan lagi. Meski namanya cenderung tak seheboh developer yang lain, Insomniac selalu bisa memberikan gamer sesuatu yang dahsyat. Terakhir, mereka sukses dengan game Spiderman yang hingga saat ini dianggap sebagai salah satu game superhero paling ciamik.
Insomniac juga berhasil menjadikan Spiderman sebagai game superhero paling laris sepanjang masa mengalahkan Batman Arkham. Kesuksesan mereka dalam menangani proyek Sony dengan Spiderman-nya membuat Insomniac ketiban rejeki.
Ya, Sony mengakuisisi Insomniac dan menjadikan mereka developer first party selayaknya Naughty Dog dan SIE Santa Monica. Lantas bagaimana sebenarnya kiprah dari Insomniac? Mengapa mereka sampai bisa dibeli Sony? Berikut profile-nya.
Awal Kemunculan

Insomniac Games mungkin harus berterima kasih kepada Atari 2600 karena sang founder, Ted Price terinspirasi untuk bekerja di industri video game ketika dia masih berusia Sembilan tahun tepatnya di tahun 1977. Tekad dari Price ini akhirnya berhasil diwujudkan karena Insomniac Games akhirnya lahir pada 28 Februari 1994.
Price kemudian bergabung dengan Alex Hastings yang merupakan seorang rekannya di universitas yang juga ahli dalam hal pemrograman komputer pada Juni 1994. Saudara laki-laki Hastings, Brian Hastings, bergabung dengan Insomniac tidak lama kemudian.
Sebelum Insomniac Games, Studio ini dinamai Xtreme Software selama satu tahun. Mereka harus menelan pil pahit di tahun 1995 karena dipaksa untuk mengganti nama sendiri oleh perusahaan lain dengan nama yang sama. Studio tersebut memilih “The Resistance Incorporated”, “Ragnarok”, “Black Sun Software”, “Ice Nine” dan “Moon Turtle” sebelum memilih nama “Insomniac Games”.
BACA JUGA: Gamescom 2019 – Beberapa Hal Baru di Death Stranding
Tak lama setelah berdiri, mereka mulai mengembangkan proyek pertamanya. Tim ini mengambil inspirasi dari game Doom yang populer itu. Proyek pertama ini dinamai Disruptor yang dirilis di seluruh dunia pada Bulan November 1996. Ketika mengembangkan proyek ini banyak sekali batu sandungan yang mereka temukan, salah satunya adalah pemilihan console tempat proyek ini dijalankan.
Tanpa diduga, Disruptor sukses dan dikritik secara positif hingga dijadikan game kuda hitam di tahun tersebut. John Romero selaku Doom developer memuji pekerjaan ini. Melalui Disruptor, Insomniac belajar banyak soal pengembangan video game.
Insomniac pun hampir bangkrut akibat Disruptor yang meski mendapatkan sambutan positif tapi gagal dari segi pemasaran. Meski kinerjanya cukup buruk, beruntung Universal Interactive Studio bersama Mark Cerny mau tetap bermitra dengan mereka.
Takut gagal kembali, mereka akhirnya mengembangkan game lain alih-alih melanjutkan sekuel dari Disruptor.
Spyro, Sang Pendobrak

Dihantui oleh kegagalan ditambah digdayanya Nintendo melalui Super Mario 64 membuat PlayStation melalui Universal Studios mengambil langkah cepat. Alih-alih mengembangkan game yang keras, Insomniac dipercaya oleh Cerny untuk membuat sebuah maskot. Insomniac paham akan hal ini dan mereka justru mengembangkan game yang ramah keluarga.
Artwork dari Disruptor, Craig Stitt mengusulkan bahwa tema dan cerita permainan harus berputar di sekitar naga antropomorfik. Pada saat yang sama Alex Hastings mengembangkan engine yang cocok untuk game dengan desain open world.
BACA JUGA: 5 Game Buruk yang Pernah Dibuat EA
Ya, dari sinilah Spyro the Dragon yang legendaris meluncur ke pasaran pada akhir tahun 1998. Ya, dari tahun 1998 hingga 2000an, Spyro sudah memiliki tiga seri dan hasilnya cukup menggembirakan. Setelah menjadikan Spyro sebagai pendobrak, Insomniac beranjak meninggalkan franchise ini dan mengembangkan mascot baru. Lisensi dari Spyro sendiri dipegang oleh Universal.
Spyro: Year of the Dragon juga menandai akhir kerjasama antara Insomniac dan Universal sebelum akhirnya Insomniac bekerja untuk mengembangkan game-game console PlayStation.
Dapat Pelajaran Berharga dari Game Girl With A Stick

Setelah Spyro yang cukup laku di pasaran, bukan perkara mudah bagi Insomniac untuk mengembangkan lagi maskot game yang ikonik. Ide membuat game itu akhirnya dituangkan ke dalam game Girl With A Stick yang terinspirasi dari The Legend of Zelda dan Tomb Raider.
Alih-alih sukses, Sony dan kru justru merasa game ini kurang menarik untuk dikembangkan. Sony akhirnya menyarankan Insomniac untuk melakukan hal-hal yang memang mereka kuasai. Hasilnya, Girl With A Stick dihapus. Menurut Price, Girl with A Stick adalah pelajaran untuk Insomniac dan kegagalan pertamanya dalam menyelesaikan sebuah proyek game.
Hubungan Erat dengan Naughty Dog Ketika Masa Sulit

Bukan sebuah hal mudah bagi Insomniac untuk bangkit dari kegagalan. Dengan ide-ide yang dimilikinya, mereka akhirnya mengembangkan game yang dikenal sebagai Ratchet and Clank. Dana ketika membangun game ini juga mepet. Akhirnya untuk membantu pendanaan dan penerbitan game, Jason Rubin atas nama Naughty Dog meminjamkan Insomniac engine yang digunakan di Jak and Daxter: The Precursor Legacy.
Ya, itulah yang membuat Ratchet and Clank mirip dengan Jax and Daxter. Tanpa diduga, proyek kedua Insomniac ini ditanggapi bagus dan meluncur pada November 2002 untuk console PlayStation 2.
Insomniac merilis tiga game Ratchet and Clank dalam tiga tahun. Pada 2005, Insomniac berniat untuk mengubah arah franchise ini menjadi sedikit memiliki cerita yang gelap dan getir. Ya, akhirnya mereka menyelesaikan proyek tersebut yang diberi nama Ratchet: Deadlocked yang dirilis tahun 2005 juga.
Menjalin Kemitraan dengan EA

Setelah berhasil dengan proyek Ratchet and Clank, Fall of Man, dan Resistance, Insomniac mengumumkan kemitraannya dengan Electronic Arts melalui EA Partners untuk mengembangkan game multi-platform untuk PlayStation 3 dan konsol Xbox 360 Microsoft Studios.
Tak lama setelah itu Insomniac membuat anak perusahaan bernama Insomniac Click yang berfokus pada game-game casual. Di waktu 2010 hingga 2013, Insomniac memang tak pernah membuat game yang menggebrak seperti sebelumnya hingga mereka merilis Sunset Overdrive.
Permainan ini terinspirasi dari Hyena Men of Kenya, Tank Girl, I Am Legend, The Young One, Halloween topeng Halloween dari tahun 1960s, and Lego. Sebelumnya Sunset Overdrive susah menemukan partner publisher hingga mereka akhirnya bekerjasama dengan Microsoft Studios.
Sunset Overdrive dibuat eksklusif untuk konsol Microsoft Xbox One; dirilis pada peringatan 20 tahun Insomniac, pada tahun 2014. Setelah ini Insomniac masih membuat proyek-proyek game salah satunya adalah Song of Deep.
Spiderman dan Sony

Dalam kurun waktu 2014 hingga 2016, Insomniac memang terus produktif dalam membuat game salah satunya adalah untuk platform Oculus Rift. Meski sudah absen membuat game AAA, mereka tak menyerah hingga di E3 2016, Insomniac mengumumkan membuat game PlayStation 4 berjudul Marvel’s Spiderman bersama dengan Marvel Entertainment.
Seperti yang kita tahu, hasilnya luar biasa karena Spiderman sukses besar dan mampu mendongkrak penjualan Sony. Di Gamescom 2019, tepatnya, 20 Agustus 2019, Sony mengumumkan bahwa mereka menjadikan Insomniac sebagai studio first party mereka.
BACA JUGA: 5 Game Horor PlayStation 1 yang Wajib Dimainkan Kembali
Shawn Layden dari Sony menyatakan bahwa mereka telah mengevaluasi opsi untuk mengakuisisi Insomniac selama beberapa waktu dan Spiderman membuat evaluasi semakin membuat Sony yakin. Sony melalui Layden menegaskan jika tidak akan membatasi kreatifitas Insomniac dan akan membiarkan mereka melakukan kreatifitasnya tersendiri.
Dengan begini, Insomniac semakin powerfull karena bisa mengakses teknologi inovatif di seluruh SIE Worldwide Studio.
