Kalian para gamers pastinya sering mendengar istilah game AAA (baca: triple-A), namun paham tidak sih dengan arti dibalik ketiga huruf tersebut. Saya sendiri pada awalnya mengira AAA adalah sebuah singkatan, ternyata bukan! Yuk kita kupas seluk beluk game AAA.
Pengertian game AAA
Game AAA adalah sebuah klasifikasi untuk sebuah game dengan bujet produksi yang sangat besar (biasanya di atas US$50-100 juta), baik dari skala produksi maupun distribusi. Biasanya game berlabel AAA diproduksi atau didistribusikan oleh game publisher ternama, sebut saja game publisher yang cukup familiar, Rockstar Games dengan seri Grand Theft Auto atau Naughty Dog dengan seri The Last of Us.
Faktor yang membuat sebuah game dilabeli game AAA
Layaknya film hollywood dengan label blockbuster, maka industri game memiliki label AAA. Lantas faktor apa yang membuat sebuah game dilabeli AAA layaknya blockbuster?
BACA JUGA: [Nostalgimbot] Mengapa Tetris Bisa Terus Relevan Setelah Hampir 40 Tahu
Sebetulnya tidak ada standar resmi, namun biasanya game AAA memiliki bujet dengan bujet minimal kurang lebih $50,000,000 atau kurang lebih Rp.725.000.000.000. Angka yang fantastis! Yep, inilah salah satu alasan mengapa kamu harus membeli game orisinal untuk menghargai jerih payah banyak orang yang berjuang di balik layar.
Nah, bujet sebesar itu merupakan gambaran finansial bagaimana game AAA akan diproduksi dan distribusikan.
Kok bujetnya besar banget?
Game AAA biasanya diproduksi dengan engine dan tools teknologi grafis terkini untuk memenuhi segala aspek yang dikehendaki, seperti aspek visual dan audio, yang pastinya enggak murah. Semua itu dilakukan untuk mendukung desain permainan yang sudah disepakati pihak penanggung jawab (lead director) dari awal.
Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan pengalaman bermain yang menyenangkan. Namun tentu masih banyak aspek lainnya yang ingin dicapai melalui teknologi tersebut, seperti menghasilkan visualisasi yang realistis.
Untuk distribusi game AAA biasanya menggunakan berbagai macam channel promosi untuk menjangkau pasar global, misalnya Sony saat mempromosikan Days Gone mereka di Jepang dengan beriklan di televisi dan melokalisasi konten game serta iklan tersebut dalam bahasa Jepang.
Di luar faktor produksi dan distribusi, jangan lupa masih ada sumber daya manusia. Biasanya game AAA dibuat oleh ratusan orang yang melibatkan berbagai divisi dalam perusahaan tersebut. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan keterlibatan ratusan atau ribuan orang di luar perusahaan (outsource) mengingat channel promosi yang begitu luas.
Kesimpulan
Walaupun bujet yang dikeluarkan berjumlah sangat besar, tidak semua game AAA dijamin sukses, sebut saja baru-baru ini Fallout 76 atau Anthem yang merima banyak kritik negatif. Namun terlepas dari sukses atau tidaknya sebuah game, game dengan label AAA akan menarik perhatian banyak orang untuk membeli atau paling tidak aware dengan keberedaan game tersebut (berkat promosinya yang masif).